Senin, 15 November 2010

BerQurban dengan Ikhlas hanya karena Allah


Bismillahir Rahmaa nir Rahiiim,
Sebagai Rosul-Nya Nabi Muhammad SAW bersabda, dalam satu hadist yang diriwayatkan Muslim RA. :
Nabi Muhammad SAW berkurban dengan dua ekor kibas berwarna putih agak kehitam-hitaman yang bertanduk. Beliau menyembelih keduanya dengan tangan beliau sendiri, seraya menyebut asma Allah dan bertakbir (bismillahi Allahu akbar). Beliau meletakkan kaki beliau di atas belikat kedua kambing itu ketika hendak menyembelih. (Shahih Muslim No.3635)

Berqurban merupakan upaya hamba untuk dekatkan diri kepada Allah,

Dalam Al Qur'an Allah SWT berfirman :

"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik." (Q.S. Al Hajj 22:37)

Menyembelih binatang ternak (qurban) seusai Shalat Idul Adha, mengandung makna yang dalam . Ada 2 makna yang terkandung didalamnya.

Yaitu sebagai lambang kedekatan Hamba dengan Khalik-Nya dan pengorbanan terhadap kepentingan lahiriyah. Secara lahiriah, qurban yang disembelih bukan hanya rutinitas sosial (kepedulian) yang biasa dilakukan setiap tahun sekali. Namun secara historis, hal itu merupakan bentuk perlambang kecintaan hamba kepada Rabb-Nya sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS kepada Nabi Ismail AS.

Dalam satu hadistnya, Rasulullah SAW bersabda :

"Sebaik-baik amal Bani Adam bagi Allah di Hari Idul Adha adalah menyembelih hewan qurban” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Di dalam Al Qur'an Allah SWT berfirman,

"Bukanlah unta-unta itu yang dapat mendekatkan kamu dengan Allah. Tapi ketaqwaan yang ada pada diri kamulah yang dapat mencapainya " (QS : AI Hajj: 37).

Dari keterangan diatas, sudah sangat jelas bahwa menyembelih qurban merupakan bentuk perlambang. Sedangkan makna keimanan dan ketaqwaan yang tersirat di balik perlakuan penyembelihan hewan qurban itulah hikmah yang paling utama.

Selain itu isyarat pentingnya keimanan dan ketaqwaan dalam berqurban juga merupakan bentuk ujian perlawanan atas kepentingan sesaat bersifat duniawi yang nampak menggiurkan di depan mata. Hawa nafsu sebagai panglima kepentingan duniawi membuat manusia berat untuk melakukan perintah Allah. Oleh sebab itu, berqurban sebagai bentuk pelaksanaan perintah Allah Swt dengan hanya mengharap ridho-Nya adalah simbol pendekatan terbaik seorang hamba.


"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah". (Q.S. Al-Kautsar 108:1-2)

Mari kita petik hikmah dari Nabi IBRAHIM AS, ISMAIL AS., dan Bunda SITI HAJAR :
  1. Keyakinan untuk Pasrah Kepada Kehendak ALLAH SWT.
  2. Bersatunya keluarga melawan musuh utama kita yaitu SETAN, dan
  3. Berkorban baik Pikiran, Perasaan maupun harta benda untuk Meraih SESUATU Yg Lebih Tinggi.
INSYA ALLAH, semoga hikmah diatas dapat kita renungkan, diresapi dalam-dalam, sehingga bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Persiapkan seluruh potensi yang kita miliki. Baik potensi ruhiyah, fikriyah maupun finansial.


Selamat Hari Raya Idul Adha 1431 H .

Mohon maaf lahir dan batin.

Selamat meneladani Nabi Ibrahim AS,
Semoga panjang umur, panjang pula Ibadah kita...
InsyaAllah Surga sebagai ganjaran-Nya

Amiien, Ya Allah, Ya Mujiib, Ya Robbal Alamiiien...


Semoga bermanfaat dan terima kasih Ikhwan & Ichwat sekalian atas kutipannya

Jumat, 05 November 2010

Renungan Iedul Adha (Kendaraan ke Surga)


KENDARAAN KE AKHIRAT !

Kuhentikan mobil tepat di ujung kandang tempat berjualan hewan Qurban. Saat pintu mobil kubuka, bau tak sedap memenuhi rongga hidungku, dengan spontan aku menutupnya dengan saputangan.

Suasana di tempat itu sangat ramai, dari para penjual yang hanya bersarung hingga ibu-ibu berkerudung Majelis Taklim, tidak terkecuali anak-anak yang ikut menemani orang tuanya melihat hewan yang akan di-Qurban-kan pada Idul Adha nanti, sebuah pembelajaran yang cukup baik bagi anak-anak sejak dini tentang pengorbanan NabiAllah Ibrahim & Nabi Ismail.

Aku masuk dalam kerumunan orang-orang yang sedang bertransaksi memilih hewan yang akan di sembelih saat Qurban nanti. Mataku tertuju pada seekor kambing coklat bertanduk panjang, ukuran badannya besar melebihi kambing-kambing di sekitarnya.

" Berapa harga kambing yang itu pak ?" ujarku menunjuk kambing coklat tersebut.

" Yang coklat itu yang terbesar pak. Kambing Mega Super dua juta rupiah tidak kurang" kata si pedagang berpromosi matanya berkeliling sambil tetap melayani calon pembeli lainnya.

" Tidak bisa turun pak?" kataku mencoba bernegosiasi.

" Tidak kurang tidak lebih, sekarang harga-harga serba mahal" si pedagang bertahan.

" Satu juta lima ratus ribu ya ?" aku melakukan penawaran pertama

" Maaf pak, masih jauh." ujarnya cuek.

Aku menimbang-nimbang, apakah akan terus melakukan penawaran terendah berharap si pedagang berubah pendirian dengan menurunkan harganya.

" Oke pak bagaimana kalau satu juta tujuh ratus lima puluh ribu ?" kataku

" Masih belum nutup pak " ujarnya tetap cuek

" Yang sedang mahal kan harga minyak pak. Kenapa kambing ikut naik ? " ujarku berdalih mencoba melakukan penawaran termurah.

" Yah bapak, meskipun kambing gak minum minyak. Tapi dia gak bisa datang ke sini sendiri. Tetap saja harus di angkut mobil pak, dan mobil bahan bakarnya bukan rumput" kata si pedagang meledek.

Dalam hati aku berkata, alot juga pedagang satu ini. Tidak menawarkan harga selain yang sudah di kemukakannya di awal tadi. Pandangan aku alihkan ke kambing lainnya yang lebih kecil dari si coklat. Lumayan bila ada perbedaan harga lima ratus ribu.

Kebetulan dari tempat penjual kambing ini, aku berencana ke toko ban mobil. Mengganti ban belakang yang sudah mulai terlihat halus tusirannya. Kelebihan tersebut bisa untuk menambah budget ban yang harganya kini selangit.

" Kalau yang belang hitam putih itu berapa bang ? " kataku kemudian

" Nah yang itu Super biasa. Satu juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah " katanya

Belum sempat aku menawar, di sebelahku berdiri seorang kakek menanyakan harga kambing coklat Mega Super tadi. Meskipun pakaian "korpri" yang ia kenakan lusuh, tetapi wajahnya masih terlihat segar.

" Gagah banget kambing itu. Berapa harganya mas ? " katanya kagum

" Dua juta tidak kurang tidak lebih kek." kata si pedagang setengah malas menjawab setelah melihat penampilan si kakek.

" Weleh larang men regane (mahal benar harganya) ?" kata si kakek dalam bahasa Purwokertoan " bisa di tawar-kan ya mas ? " lanjutnya mencoba negosiasi juga.

" Cari kambing yang lain aja kek. " si pedagang terlihat semakin malas meladeni.

" Ora usah (tidak) mas. Aku arep sing apik lan gagah Qurban taun iki (Aku mau yang terbaik dan gagah untuk Qurban tahun ini) Duit-e (uangnya) cukup kanggo (untuk) mbayar koq mas." katanya tetap bersemangat seraya mengeluarkan bungkusan dari saku celananya. Bungkusan dari kain perca yang juga sudah lusuh itu di bukanya, enam belas lembar uang seratus ribuan dan sembilan lembar uang lima puluh ribuan dikeluarkan dari dalamnya.
" Iki (ini) dua juta rupiah mas. Weduse (kambingnya) dianter ke rumah ya mas ? " lanjutnya mantap tetapi tetap bersahaja.


Si pedagang kambing kaget, tidak terkecuali aku yang memperhatikannya sejak tadi. Dengan wajah masih ragu tidak percaya si pedagang menerima uang yang disodorkan si kakek, kemudian di hitungnya perlahan lembar demi lembar uang itu.

" Kek, ini ada lebih lima puluh ribu rupiah " si pedagang mengeluarkan selembar lima puluh ribuan

" Ora ono ongkos kirime tho...? " (Enggak ada ongkos kirimnya ya?) si kakek seakan tahu uang yang diberikannya berlebih

" Dua juta sudah termasuk ongkos kirim" si pedagang yg cukup jujur memberikan lima puluh ribu ke kakek " mau di antar ke mana mbah ? " (tiba-tiba panggilan kakek berubah menjadi mbah)

" Alhamdulillah, lewih (lebih) lima puluh ribu iso di tabung neh (bisa ditabung lagi)" kata si kakek sambil menerimanya " tulung anterke ning deso cedak kono yo (tolong antar ke desa dekat itu ya), sak sampene ning mburine (sesampainya di belakang) Masjid Baiturrohman, takon ae umahe (tanya saja rumahnya) mbah Sutrimo pensiunan pegawe Pemda Pasir Mukti, InsyaAllah bocah-bocah podo ngerti (InsyaAllah anak-anak sudah tahu)."

Setelah selesai bertransaksi dan membayar apa yang telah di sepakatinya, si kakek berjalan ke arah sebuah sepeda tua yang di sandarkan pada sebatang pohon pisang, tidak jauh dari X-Trail milikku. Perlahan di angkat dari sandaran, kemudian dengan sigap di kayuhnya tetap dengan semangat.

Entah perasaan apa lagi yang dapat kurasakan saat itu, semuanya berbalik ke arah berlawanan dalam pandanganku. Kakek tua pensiunan pegawai Pemda yang hanya berkendara sepeda engkol, sanggup membeli hewan Qurban yang terbaik untuk dirinya. Aku tidak tahu persis berapa uang pensiunan PNS yang diterima setiap bulan oleh si kakek.

Yang aku tahu, di sekitar masjid Baiturrohman tidak ada rumah yang berdiri dengan mewah, rata-rata penduduk sekitar desa Pasir Mukti hanya petani dan para pensiunan pegawai rendahan. Yang pasti secara materi, sangatlah jauh di banding penghasilanku sebagai Manajer perusahaan swasta asing. Yang sanggup membeli rumah di kawasan cukup bergengsi Yang sanggup membeli kendaraan roda empat yang harga ban-nya saja cukup membeli seekor kambing Mega Super Yang sanggup mempunyai hobby berkendara moge (motor gede) dan memilikinya Yang sanggup membeli hewan Qurban dua ekor sapi sekaligus.
TAPI APA YANG AKU PIKIRKAN ? AKU HANYA HENDAK MEMBELI HEWAN QURBAN YANG JAUH DI BAWAH KEMAMPUANKU YANG HARGANYA TIDAK LEBIH DARI SERVICE RUTIN MOBIL X-TRAIL, KENDARAANKU DI DUNIA FANA INI. SEMENTARA UNTUK KENDARAANKU DI AKHIRAT KELAK, AKU BERPIKIR SERIBU KALI SAAT MEMBELINYA.


Terimakaih Akhwan atas pencerahannya.
Semoga menyadarkan kita untuk ber Qurban & bermanfaat untuk kita semua. Amiiien