Selasa, 28 April 2015

MEMAHAMI TEORI “KEBETULAN” DALAM KEHIDUPAN

MEMAHAMI TEORI “KEBETULAN” DALAM KEHIDUPAN
by: (el-Farach)
 

Suatu hari seorang petani Skotlandia yg miskin mendengar tangis dan rintihan minta tolong seorang anak kecil. Segera ia berlari ke arah suara tersebut dan mendapati seorang bocah kecil terperosok ke dlm genangan lumpur hidup sampai di pinggangnya. Dgn bantuan tongkat ia berhasil menyelamatkan bocah tsb.
Keesokan harinya datang seorang bangsawan (ayah si anak) & rombongannya ke rumah si petani utk menyatakan terima kasih. Sang bangsawan menawarkan hadiah & berbagai hal kpd si petani krn telah menyelamatkan nyawa putranya kemarin, namun petani tsb menolaknya dgn alasan bhw menolong nyawa manusia adalah sebuah kewajibanya, dan tdk utk berharap balas jasa.
Melihat ada bocah di dlm rumah tsb, si bangsawan mengajukan tawaran lain, “Kalau begitu berilah saya kesempatan utk menyekolahkan anak anda agar mendapat pendidikan yg layak. Kalau bocah ini punya sifat spt ayahnya, pastilah nantinya ia tumbuh & berkembang menjadi manusia yg bs anda banggakan.” Si petani pun setuju.
Si anak petani memanfaatkan kesempatan itu dgn belajar sungguh-2. Sampai bbrp thn berlalu, si anak petani tsb berhasil lulus dr Sekolah Kedokteran St. Mary’s Hospital Medical School, London.
Pd thn 1943, saat terjadi perundingan dlm perang sekutu melawan Jerman, Winston Churchill terserang sakit parah terkena pneumonia. Setelah mengerahkan berbagai upaya & para ahli, Churchill akhirnya terselamatkan oleh suntikan penisilin (antibiotik pembunuh bakteri, yg dihasilkan oleh jamur Penicillium notatum) yg ditemukan oleh seorang dokter. Dokter yg menyelamatkan itu adalah Alexander Fleming, sang penemu penisilin.
Apa hubungannya Alexander Fleming selaku penemu penicilin dgn Winston Churcill, tokoh besar Inggris selama Perang Dunia II?
Ternyata, Alexander Fleming adalah anak petani Skotlandia bernama Hugh Fleming yg telah menyelamatkan anak bangsawan yg terperosok di lumpur hidup. Sementara anak bangsawan yg terperosok tersebut adalah Winston Churcill anak dari Sir Lord Randolph Churchill yg dulu menyekolahkan Alexander Fleming.
Hugh Fleming telah menyelematkan Winston Churcill kecil, Alexander Fleming telah menyelematkan Winston Churcill dewasa. Ada kebaikan berbalas kebaikan.
Apakah peristiwa tersebut merupakan kebetulan-2 atau ada karena hukum kausalitas, kebaikan berbalas kebaikan?
***
 

Ada lagi kisah lain. 
Satu dari sekian banyak contoh adalah peristiwa yg dialami oleh 2 presiden Amerika, Abraham Lincoln & John F. Kennedy. Yg pertama menjadi presiden Amerika thn 1860, dan yg ke-2 thn 1960. Pengganti Lincoln bernama Johnson (Andre) lahir 1808 sedangkan pengganti Kennedy jg Johnson (Lindon) lahir 1908. Ke2 presiden, Lincoln & Kennedy tewas terbunuh. Pembunuh Lincoln lahir thn 1839, sedangkan pembunuh Kennedy lahir thn 1939. Ke2 pembunuh presiden ini terbunuh sebelum sempat diadili. Sekretaris Lincoln bernama Kennedy, sekretaris Kennedy bernama Lincoln. Ke2 sekretaris menyarankan kpd presiden agar tdk pergi ke tempat dimana kemudian terjadi pembunuhan, namun keduanya menolak. Pembunuh Lincoln melakukan pembunuhan di teater kemudian bersembunyi di pasar swalayan, dan pembunuh Kennedy, sebaliknya. Apakah semua itu “kebetulan” atau ada penafsiran lain?
Dlm kehidupan Nabi Muhammad saw terdapat pula hal-2 yg dpt dinamai kebetulan-2. Beliau lahir, hijrah & wafat pd hr Senin bln Rabiul awwal yg arti harfiahnya antara lain adalah “ketenangan”, “keadaan yg nyaman”, & “kesuburan”. Ayah beliau bernama Abdullah yg mengandung makna “keharuman” & “pengabdian kpd Allah”. Ibunya bernama Aminah (kedamaian & keamanan). Bidan yg menangani kelahirannya bernama Asy-Syifa (kesembuhan, perolehan sempurna & memuaskan), sedangkan yg menyusukan beliau bernama Halimah (yg lapang dada). Beliau sendiri diberi nama Muhammad (yg terpuji), suatu nama yg sebelumnya tdk dikenal sehingga menimbulkan banyak pertanyaan, mengapa kakeknya yg sejak kecil dinamai Syaibah (orang tua yang bijaksana) menamainya demikian?
Apakah nama-2 tsb merupakan kebetulan-2 atau ia merupakan isyarat ttg kepribadian manusia ini?
(Sumber: M Quraish Shihab, Lentera Alquran, 2008, hal. 96-97).

***
Bagaimana dgn kehidupan saya?
Saya pernah mengeyam pendidikan di m3in, begitupun ayah saya. Artinya, kami sama-2 alumni m3in. Baik saya & ayah saya sama-2 menikahi anak m3at yg sama-2 tinggal di asrama 31 suronatan, yg kini menjadi ibu & isteri saya. Keduanya, sama-2 pengurus harian P2M3 dan sama-2 pernah mengasuh asrama.
Saya pernah memimpin salah satu organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah di daerah, begitupun ayah saya. Ayah saya pernah aktif di Badan Pendidikan Kader (BPK) PP Muhammadiyah, saat inipun saya aktif di Majelis Pendidikan Kader (dulu BPK) PP Muhammadiyah. Satu hal yg juga mengherankan adalah ketika ayah saya pernah diamanahkan mengelola Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yg lagi bermasalah, dan saat inipun saya diamanahkan mengelola AUM yg jg lg bermasalah.

Jk dulu ayah saya sering diminta mengisi pengajian ramadlan di mushalla kampung, kini saya jg diminta hal yg sama di mushalla yg sama. Jk dulu, ayah saya diminta secara periodik mengisi pengajian di Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Tebet Timur. Ee, sekarang saya diminta hal yg sama di PCM yg sama juga.
Apakah yg saya alami juga merupakan kebetulan-2?
Meminjam pendapat Quraish Shihab dlm bukunya tsb bhw suatu peristiwa yg tdk sejalan dgn kebiasaan atau terjadi secara tdk terduga biasa kita sebut “kebetulan”. Keterbatasan kemampuan & pengetahuan mengantarkan kita utk menamainya demikian. Tdk ada “kebetulan” di sisi Allah Swt. Bukankah Dia Maha Mengetahui, Maha Berkuasa, Pengendali & Pengatur alam ini? Sebahagian dr kebetulan-2 itu tdk dpt ditafsirkan dgn teori kausalitas (sebab-akibat). Bhw disamping sunnatullah ada jg yg dinamai inayatullah (uluran tangan Ilahi) dlm setiap kehidupan yg tdk hrs selalu sama dgn sunnah-Nya. Itulah merupakan salah satu anugerah Allah swt yg hrs kita syukuri.
Dan saya hanya bisa mengucapkan: “Subhanallah, wa Alhamdulillah, wa laa ilaaha illa Allah, wa Allahu Akbar

Skalar, Vektor & Keberkahan



Kalau kita bicara besaran skalar maka yang kita perhitungkan adalah besaran kuantitatif saja (magnitude) tapi kalau bicara besaran vektor (gambar di bawah) maka yang kita perhitungkan adalah besaran kuantitatif dan besaran kualitatif berupa arah gaya. 
Kalau kita bekerja atau beramal seyogyanya jangan hanya lihat besaran insentif (upah) nya semata tapi perhitungkan pula arah keberkahannya dan kemanfaatannya (ibarat gaya pada vektor). 
Biar besaran skalarnya (magnitude) nya besar kalau tidak berkah dan manfaat maka upah (insentifnya) justru tidak berdampak positip buat kita. 
Gaji besar tidak berkah ya habis begitu saja tanpa manfaat, sementara yang bergaji lebih kecil namun karena ada keberkahan maka ALLAH SWT mencukupkannya dan membersihkan hartanya sehingga manfaat. 
Contoh mendapat uang besar tapi dari cara yang tak halal dan hati yang tidak tulus maka keberkahannya akan sedikit atau nihil.

***
Kisah nyata sesaat
Ketika di kios fotocopy ada seseorang sedang menyerahkan gambar-gambar bangunan ke pegawai fotocopy. Ketika hendak memasukkan ke mesin fotocopy, pegawai tsb bertanya kepada pemilik gambar: "Wah ini sedang menghitung-hitung rencana pengembangan rumah ya?
Sipemilik gambar menjawab: "Oh bukan itu untuk kebutuhan saya sendiri mambuat bangunan untuk majelis al-Quran". 
Mendengar jawaban tsb pegawai fotocopy membalas: "Alhamdulillah ini berarti ladang ibadah akhirat", tukasnya, sambil mengerjakan fotocopynya. Ketika selesai fotocopynya, si pemilik gambar bertanya: "Berapa mas untuk fotocopynya?". 
Si pegawai menjawab: "Saya ingin berladang dg amal jariah untuk majelis al-Quran ya, jadi gratis". 
Si pemilik gambar terkejut dan bersikeras tetap ingin membayar dengan menaruh uangnya di atas mesin fotocopy. 
Namun si pegawai dengan wajah senyum yg tulus: "Kalau bapak ingin pahala akhirat, tidak salah juga kan kalau saya ingin beramal jariyah untuk akhirat pula", sambil tersenyum dan mengembalikan uangnya. 
Akhirnya pemilik gambar merespon: "Alhamdulillah wasyukurillah semoga berkah usaha Bapak, terima kasih saya tidak berani menolak niat baik orang yang mau bersedakah, syukran katsiiran ya". 
Saya seperti tercengang menyaksikan dialog tsb. Dalam benak saya berkata, pegawai biasa usaha fotocopy yg berskala kecil punya kepedulian dan kelapangan hati yang tinggi terhadap amal jariyah. Ini contoh orang yang beramal dengan model besaran vektor bukan dengan besaran skalar. 
Semoga ALLAH SWT memberkahi usahanya dengan banyak kebaikan aamiin,
by K.Seminar

Selasa, 21 April 2015

Habib Rizieq: FPI Anti Syiah, Penyebarannya di Indonesia harus Dicegah


JAKARTA (voa-islam.com) - Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI), Al-Habib Muhammad Rizieq bin Husain Syihab Asy-Syafi’i kembali mempertegas bahwa FPI anti aliran sesat Syiah dan menyatakan bahwa semua Syiah adalah sesat.
Seperti diketahui, FPI membagi Syiah menjadi tiga bagian; pertama, Syiah Ghulat yaitu Syiah yang menuhankan Ali ibn Abi Thalib atau meyakini Al-Qur'an sudah di-tahrif (dirubah/ditambah/dikurangi) dan sebagainya dari berbagai keyakinan yang sudah menyimpang dari ushuluddin yang disepakati semua madzhab Islam. Syiah golongan ini adalah kafir dan wajib diperangi.
Kedua, Syiah Rafidhah yaitu Syiah yang tidak berkeyakinan seperti Ghulat, tapi melakukan penghinaan/penistaan/pelecehan secara terbuka baik lisan atau pun tulisan terhadap para Sahabat Nabi SAW seperti Abu Bakar dan Umar atau terhadap para isteri Nabi SAW seperti 'Aisyah dan Hafshah. Syiah golongan ini ulama sepakat bahwa mereka adalah ahlul bida’ wal ahwa (ahli bid’ah) mereka sesat menyesatkan dan tetap harus diperangi.
Ketiga, Syiah Mu'tadilah yaitu Syiah yang tidak menuhankan Ali dan tidak menghalalkan mencaci maki sahabat, seperti yang dilakukan oleh Syiah Zaidiyah. Mereka diperangi pemikirannya melalui dialog.
Pembagian ini menurut Habib Rizieq diperlukan agar menjadi kejelasan bagi kaum Muslimin pada umumnya dan khususnya kepada anggota FPI bagaimana seharusnya menyikapi aliran sesat Syiah.
“FPI tidak sendirian dan FPI bukan pemula (dalam membagi Syiah, red.). Pembagian ini bagi Ormas FPI sangat diperlukan supaya sikap FPI jelas ke bawah dalam memandang Syiah; mana Syiah yang mesti diperangi seperti Ghulat dan Rafidhah serta mana Syiah yang harus diselesaikan dengan dialog Al-hujjah bil hujjah, Al-Aqwal bil Aqwal,” kata Habib Rizieq di Markas Syariah FPI, Petamburan, Jakarta Pusat, Selasa (11/6/2013).
Habib Rizieq pun menyampaikan bahwa pembagian Syiah tersebut bukan untuk dibenarkan, bahkan ia mempertegas semua Syiah adalah sesat meski Syiah Mu’tadilah sekalipun.
“intinya FPI bukan Syiah dan FPI tetap anti Syiah. Syiah yang manapun apakah itu Ghulat, Rafidhah atau Mu’tadilah semua pendapatnya tidak kami terima, hanya kami membedakan mereka di dalam perlakuan bukan untuk dibenarkan. Nah ini yang perlu saya klarifikasi, jadi jangan ada yang menganggap jika FPI membagi Syiah menjadi tiga lalu yang ketiga dibenarkan, terus yang ketiga ini dibela oleh FPI. FPI bukan pembela Syiah!” tegasnya.
Ia juga sepakat bahwa penyebaran aliran sesat Syiah di Indonesia harus dihalangi, sebab Indonesia adalah negara dengan penduduk Muslim Ahlus Sunnah wal Jamaah.
“Kita sepakat bahwa penyebaran Syiah di Indonesia harus diantisipasi, harus kita halangi, tidak boleh yang manapun kelompoknya, termasuk yang mu’tadil sekalipun tidak boleh mereka sebarluaskan aqidah mereka di Negara Republik Indonesia yang notabene adalah negara bagi Ahlus Sunnah wal Jamaah,” tandasnya. [Ahmed Widad]

Habib Rizieq: FPI Anti Syiah, Penyebarannya di Indonesia harus Dicegah

JAKARTA (voa-islam.com) - Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI), Al-Habib Muhammad Rizieq bin Husain Syihab Asy-Syafi’i kembali mempertegas bahwa FPI anti aliran sesat Syiah dan menyatakan bahwa semua Syiah adalah sesat.

Seperti diketahui, FPI membagi Syiah menjadi tiga bagian; pertama, Syiah Ghulat yaitu Syiah yang menuhankan Ali ibn Abi Thalib atau meyakini Al-Qur'an sudah di-tahrif (dirubah/ditambah/dikurangi) dan sebagainya dari berbagai keyakinan yang sudah menyimpang dari ushuluddin yang disepakati semua madzhab Islam. Syiah golongan ini adalah kafir dan wajib diperangi.

Kedua, Syiah Rafidhah yaitu Syiah yang tidak berkeyakinan seperti Ghulat, tapi melakukan penghinaan/penistaan/pelecehan secara terbuka baik lisan atau pun tulisan terhadap para Sahabat Nabi SAW seperti Abu Bakar dan Umar atau terhadap para isteri Nabi SAW seperti 'Aisyah dan Hafshah. Syiah golongan ini ulama sepakat bahwa mereka adalah ahlul bida’ wal ahwa (ahli bid’ah) mereka sesat menyesatkan dan tetap harus diperangi.

Ketiga, Syiah Mu'tadilah yaitu Syiah yang tidak menuhankan Ali dan tidak menghalalkan mencaci maki sahabat, seperti yang dilakukan oleh Syiah Zaidiyah. Mereka diperangi pemikirannya melalui dialog.

Pembagian ini menurut Habib Rizieq diperlukan agar menjadi kejelasan bagi kaum Muslimin pada umumnya dan khususnya kepada anggota FPI bagaimana seharusnya menyikapi aliran sesat Syiah.

“FPI tidak sendirian dan FPI bukan pemula (dalam membagi Syiah, red.). Pembagian ini bagi Ormas FPI sangat diperlukan supaya sikap FPI jelas ke bawah dalam memandang Syiah; mana Syiah yang mesti diperangi seperti Ghulat dan Rafidhah serta mana Syiah yang harus diselesaikan dengan dialog Al-hujjah bil hujjah, Al-Aqwal bil Aqwal,” kata Habib Rizieq di Markas Syariah FPI, Petamburan, Jakarta Pusat, Selasa (11/6/2013).

Habib Rizieq pun menyampaikan bahwa pembagian Syiah tersebut bukan untuk dibenarkan, bahkan ia mempertegas semua Syiah adalah sesat meski Syiah Mu’tadilah sekalipun.

“intinya FPI bukan Syiah dan FPI tetap anti Syiah. Syiah yang manapun apakah itu Ghulat, Rafidhah atau Mu’tadilah semua pendapatnya tidak kami terima, hanya kami membedakan mereka di dalam perlakuan bukan untuk dibenarkan. Nah ini yang perlu saya klarifikasi, jadi jangan ada yang menganggap jika FPI membagi Syiah menjadi tiga lalu yang ketiga dibenarkan, terus yang ketiga ini dibela oleh FPI. FPI bukan pembela Syiah!” tegasnya.

Ia juga sepakat bahwa penyebaran aliran sesat Syiah di Indonesia harus dihalangi, sebab Indonesia adalah negara dengan penduduk Muslim Ahlus Sunnah wal Jamaah.

“Kita sepakat bahwa penyebaran Syiah di Indonesia harus diantisipasi, harus kita halangi, tidak boleh yang manapun kelompoknya, termasuk yang mu’tadil sekalipun tidak boleh mereka sebarluaskan aqidah mereka di Negara Republik Indonesia yang notabene adalah negara bagi Ahlus Sunnah wal Jamaah,” tandasnya. [Ahmed Widad]
- See more at: http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2013/06/17/25292/habib-rizieq-fpi-anti-syiah-penyebarannya-di-indonesia-harus-dicegah/;#sthash.f3bufe7B.dpuf

Habib Rizieq: FPI Anti Syiah, Penyebarannya di Indonesia harus Dicegah

JAKARTA (voa-islam.com) - Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI), Al-Habib Muhammad Rizieq bin Husain Syihab Asy-Syafi’i kembali mempertegas bahwa FPI anti aliran sesat Syiah dan menyatakan bahwa semua Syiah adalah sesat.

Seperti diketahui, FPI membagi Syiah menjadi tiga bagian; pertama, Syiah Ghulat yaitu Syiah yang menuhankan Ali ibn Abi Thalib atau meyakini Al-Qur'an sudah di-tahrif (dirubah/ditambah/dikurangi) dan sebagainya dari berbagai keyakinan yang sudah menyimpang dari ushuluddin yang disepakati semua madzhab Islam. Syiah golongan ini adalah kafir dan wajib diperangi.

Kedua, Syiah Rafidhah yaitu Syiah yang tidak berkeyakinan seperti Ghulat, tapi melakukan penghinaan/penistaan/pelecehan secara terbuka baik lisan atau pun tulisan terhadap para Sahabat Nabi SAW seperti Abu Bakar dan Umar atau terhadap para isteri Nabi SAW seperti 'Aisyah dan Hafshah. Syiah golongan ini ulama sepakat bahwa mereka adalah ahlul bida’ wal ahwa (ahli bid’ah) mereka sesat menyesatkan dan tetap harus diperangi.

Ketiga, Syiah Mu'tadilah yaitu Syiah yang tidak menuhankan Ali dan tidak menghalalkan mencaci maki sahabat, seperti yang dilakukan oleh Syiah Zaidiyah. Mereka diperangi pemikirannya melalui dialog.

Pembagian ini menurut Habib Rizieq diperlukan agar menjadi kejelasan bagi kaum Muslimin pada umumnya dan khususnya kepada anggota FPI bagaimana seharusnya menyikapi aliran sesat Syiah.

“FPI tidak sendirian dan FPI bukan pemula (dalam membagi Syiah, red.). Pembagian ini bagi Ormas FPI sangat diperlukan supaya sikap FPI jelas ke bawah dalam memandang Syiah; mana Syiah yang mesti diperangi seperti Ghulat dan Rafidhah serta mana Syiah yang harus diselesaikan dengan dialog Al-hujjah bil hujjah, Al-Aqwal bil Aqwal,” kata Habib Rizieq di Markas Syariah FPI, Petamburan, Jakarta Pusat, Selasa (11/6/2013).

Habib Rizieq pun menyampaikan bahwa pembagian Syiah tersebut bukan untuk dibenarkan, bahkan ia mempertegas semua Syiah adalah sesat meski Syiah Mu’tadilah sekalipun.

“intinya FPI bukan Syiah dan FPI tetap anti Syiah. Syiah yang manapun apakah itu Ghulat, Rafidhah atau Mu’tadilah semua pendapatnya tidak kami terima, hanya kami membedakan mereka di dalam perlakuan bukan untuk dibenarkan. Nah ini yang perlu saya klarifikasi, jadi jangan ada yang menganggap jika FPI membagi Syiah menjadi tiga lalu yang ketiga dibenarkan, terus yang ketiga ini dibela oleh FPI. FPI bukan pembela Syiah!” tegasnya.

Ia juga sepakat bahwa penyebaran aliran sesat Syiah di Indonesia harus dihalangi, sebab Indonesia adalah negara dengan penduduk Muslim Ahlus Sunnah wal Jamaah.

“Kita sepakat bahwa penyebaran Syiah di Indonesia harus diantisipasi, harus kita halangi, tidak boleh yang manapun kelompoknya, termasuk yang mu’tadil sekalipun tidak boleh mereka sebarluaskan aqidah mereka di Negara Republik Indonesia yang notabene adalah negara bagi Ahlus Sunnah wal Jamaah,” tandasnya. [Ahmed Widad]
- See more at: http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2013/06/17/25292/habib-rizieq-fpi-anti-syiah-penyebarannya-di-indonesia-harus-dicegah/;#sthash.f3bufe7B.dpuf

Habib Rizieq: FPI Anti Syiah, Penyebarannya di Indonesia harus Dicegah

JAKARTA (voa-islam.com) - Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI), Al-Habib Muhammad Rizieq bin Husain Syihab Asy-Syafi’i kembali mempertegas bahwa FPI anti aliran sesat Syiah dan menyatakan bahwa semua Syiah adalah sesat.

Seperti diketahui, FPI membagi Syiah menjadi tiga bagian; pertama, Syiah Ghulat yaitu Syiah yang menuhankan Ali ibn Abi Thalib atau meyakini Al-Qur'an sudah di-tahrif (dirubah/ditambah/dikurangi) dan sebagainya dari berbagai keyakinan yang sudah menyimpang dari ushuluddin yang disepakati semua madzhab Islam. Syiah golongan ini adalah kafir dan wajib diperangi.

Kedua, Syiah Rafidhah yaitu Syiah yang tidak berkeyakinan seperti Ghulat, tapi melakukan penghinaan/penistaan/pelecehan secara terbuka baik lisan atau pun tulisan terhadap para Sahabat Nabi SAW seperti Abu Bakar dan Umar atau terhadap para isteri Nabi SAW seperti 'Aisyah dan Hafshah. Syiah golongan ini ulama sepakat bahwa mereka adalah ahlul bida’ wal ahwa (ahli bid’ah) mereka sesat menyesatkan dan tetap harus diperangi.

Ketiga, Syiah Mu'tadilah yaitu Syiah yang tidak menuhankan Ali dan tidak menghalalkan mencaci maki sahabat, seperti yang dilakukan oleh Syiah Zaidiyah. Mereka diperangi pemikirannya melalui dialog.

Pembagian ini menurut Habib Rizieq diperlukan agar menjadi kejelasan bagi kaum Muslimin pada umumnya dan khususnya kepada anggota FPI bagaimana seharusnya menyikapi aliran sesat Syiah.

“FPI tidak sendirian dan FPI bukan pemula (dalam membagi Syiah, red.). Pembagian ini bagi Ormas FPI sangat diperlukan supaya sikap FPI jelas ke bawah dalam memandang Syiah; mana Syiah yang mesti diperangi seperti Ghulat dan Rafidhah serta mana Syiah yang harus diselesaikan dengan dialog Al-hujjah bil hujjah, Al-Aqwal bil Aqwal,” kata Habib Rizieq di Markas Syariah FPI, Petamburan, Jakarta Pusat, Selasa (11/6/2013).

Habib Rizieq pun menyampaikan bahwa pembagian Syiah tersebut bukan untuk dibenarkan, bahkan ia mempertegas semua Syiah adalah sesat meski Syiah Mu’tadilah sekalipun.

“intinya FPI bukan Syiah dan FPI tetap anti Syiah. Syiah yang manapun apakah itu Ghulat, Rafidhah atau Mu’tadilah semua pendapatnya tidak kami terima, hanya kami membedakan mereka di dalam perlakuan bukan untuk dibenarkan. Nah ini yang perlu saya klarifikasi, jadi jangan ada yang menganggap jika FPI membagi Syiah menjadi tiga lalu yang ketiga dibenarkan, terus yang ketiga ini dibela oleh FPI. FPI bukan pembela Syiah!” tegasnya.

Ia juga sepakat bahwa penyebaran aliran sesat Syiah di Indonesia harus dihalangi, sebab Indonesia adalah negara dengan penduduk Muslim Ahlus Sunnah wal Jamaah.

“Kita sepakat bahwa penyebaran Syiah di Indonesia harus diantisipasi, harus kita halangi, tidak boleh yang manapun kelompoknya, termasuk yang mu’tadil sekalipun tidak boleh mereka sebarluaskan aqidah mereka di Negara Republik Indonesia yang notabene adalah negara bagi Ahlus Sunnah wal Jamaah,” tandasnya. [Ahmed Widad]
- See more at: http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2013/06/17/25292/habib-rizieq-fpi-anti-syiah-penyebarannya-di-indonesia-harus-dicegah/;#sthash.f3bufe7B.dpuf

Habib Rizieq: FPI Anti Syiah, Penyebarannya di Indonesia harus Dicegah

JAKARTA (voa-islam.com) - Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI), Al-Habib Muhammad Rizieq bin Husain Syihab Asy-Syafi’i kembali mempertegas bahwa FPI anti aliran sesat Syiah dan menyatakan bahwa semua Syiah adalah sesat.

Seperti diketahui, FPI membagi Syiah menjadi tiga bagian; pertama, Syiah Ghulat yaitu Syiah yang menuhankan Ali ibn Abi Thalib atau meyakini Al-Qur'an sudah di-tahrif (dirubah/ditambah/dikurangi) dan sebagainya dari berbagai keyakinan yang sudah menyimpang dari ushuluddin yang disepakati semua madzhab Islam. Syiah golongan ini adalah kafir dan wajib diperangi.

Kedua, Syiah Rafidhah yaitu Syiah yang tidak berkeyakinan seperti Ghulat, tapi melakukan penghinaan/penistaan/pelecehan secara terbuka baik lisan atau pun tulisan terhadap para Sahabat Nabi SAW seperti Abu Bakar dan Umar atau terhadap para isteri Nabi SAW seperti 'Aisyah dan Hafshah. Syiah golongan ini ulama sepakat bahwa mereka adalah ahlul bida’ wal ahwa (ahli bid’ah) mereka sesat menyesatkan dan tetap harus diperangi.

Ketiga, Syiah Mu'tadilah yaitu Syiah yang tidak menuhankan Ali dan tidak menghalalkan mencaci maki sahabat, seperti yang dilakukan oleh Syiah Zaidiyah. Mereka diperangi pemikirannya melalui dialog.

Pembagian ini menurut Habib Rizieq diperlukan agar menjadi kejelasan bagi kaum Muslimin pada umumnya dan khususnya kepada anggota FPI bagaimana seharusnya menyikapi aliran sesat Syiah.

“FPI tidak sendirian dan FPI bukan pemula (dalam membagi Syiah, red.). Pembagian ini bagi Ormas FPI sangat diperlukan supaya sikap FPI jelas ke bawah dalam memandang Syiah; mana Syiah yang mesti diperangi seperti Ghulat dan Rafidhah serta mana Syiah yang harus diselesaikan dengan dialog Al-hujjah bil hujjah, Al-Aqwal bil Aqwal,” kata Habib Rizieq di Markas Syariah FPI, Petamburan, Jakarta Pusat, Selasa (11/6/2013).

Habib Rizieq pun menyampaikan bahwa pembagian Syiah tersebut bukan untuk dibenarkan, bahkan ia mempertegas semua Syiah adalah sesat meski Syiah Mu’tadilah sekalipun.

“intinya FPI bukan Syiah dan FPI tetap anti Syiah. Syiah yang manapun apakah itu Ghulat, Rafidhah atau Mu’tadilah semua pendapatnya tidak kami terima, hanya kami membedakan mereka di dalam perlakuan bukan untuk dibenarkan. Nah ini yang perlu saya klarifikasi, jadi jangan ada yang menganggap jika FPI membagi Syiah menjadi tiga lalu yang ketiga dibenarkan, terus yang ketiga ini dibela oleh FPI. FPI bukan pembela Syiah!” tegasnya.

Ia juga sepakat bahwa penyebaran aliran sesat Syiah di Indonesia harus dihalangi, sebab Indonesia adalah negara dengan penduduk Muslim Ahlus Sunnah wal Jamaah.

“Kita sepakat bahwa penyebaran Syiah di Indonesia harus diantisipasi, harus kita halangi, tidak boleh yang manapun kelompoknya, termasuk yang mu’tadil sekalipun tidak boleh mereka sebarluaskan aqidah mereka di Negara Republik Indonesia yang notabene adalah negara bagi Ahlus Sunnah wal Jamaah,” tandasnya. [Ahmed Widad]
- See more at: http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2013/06/17/25292/habib-rizieq-fpi-anti-syiah-penyebarannya-di-indonesia-harus-dicegah/;#sthash.f3bufe7B.dpuf

Habib Rizieq: FPI Anti Syiah, Penyebarannya di Indonesia harus Dicegah

JAKARTA (voa-islam.com) - Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI), Al-Habib Muhammad Rizieq bin Husain Syihab Asy-Syafi’i kembali mempertegas bahwa FPI anti aliran sesat Syiah dan menyatakan bahwa semua Syiah adalah sesat.

Seperti diketahui, FPI membagi Syiah menjadi tiga bagian; pertama, Syiah Ghulat yaitu Syiah yang menuhankan Ali ibn Abi Thalib atau meyakini Al-Qur'an sudah di-tahrif (dirubah/ditambah/dikurangi) dan sebagainya dari berbagai keyakinan yang sudah menyimpang dari ushuluddin yang disepakati semua madzhab Islam. Syiah golongan ini adalah kafir dan wajib diperangi.

Kedua, Syiah Rafidhah yaitu Syiah yang tidak berkeyakinan seperti Ghulat, tapi melakukan penghinaan/penistaan/pelecehan secara terbuka baik lisan atau pun tulisan terhadap para Sahabat Nabi SAW seperti Abu Bakar dan Umar atau terhadap para isteri Nabi SAW seperti 'Aisyah dan Hafshah. Syiah golongan ini ulama sepakat bahwa mereka adalah ahlul bida’ wal ahwa (ahli bid’ah) mereka sesat menyesatkan dan tetap harus diperangi.

Ketiga, Syiah Mu'tadilah yaitu Syiah yang tidak menuhankan Ali dan tidak menghalalkan mencaci maki sahabat, seperti yang dilakukan oleh Syiah Zaidiyah. Mereka diperangi pemikirannya melalui dialog.

Pembagian ini menurut Habib Rizieq diperlukan agar menjadi kejelasan bagi kaum Muslimin pada umumnya dan khususnya kepada anggota FPI bagaimana seharusnya menyikapi aliran sesat Syiah.

“FPI tidak sendirian dan FPI bukan pemula (dalam membagi Syiah, red.). Pembagian ini bagi Ormas FPI sangat diperlukan supaya sikap FPI jelas ke bawah dalam memandang Syiah; mana Syiah yang mesti diperangi seperti Ghulat dan Rafidhah serta mana Syiah yang harus diselesaikan dengan dialog Al-hujjah bil hujjah, Al-Aqwal bil Aqwal,” kata Habib Rizieq di Markas Syariah FPI, Petamburan, Jakarta Pusat, Selasa (11/6/2013).

Habib Rizieq pun menyampaikan bahwa pembagian Syiah tersebut bukan untuk dibenarkan, bahkan ia mempertegas semua Syiah adalah sesat meski Syiah Mu’tadilah sekalipun.

“intinya FPI bukan Syiah dan FPI tetap anti Syiah. Syiah yang manapun apakah itu Ghulat, Rafidhah atau Mu’tadilah semua pendapatnya tidak kami terima, hanya kami membedakan mereka di dalam perlakuan bukan untuk dibenarkan. Nah ini yang perlu saya klarifikasi, jadi jangan ada yang menganggap jika FPI membagi Syiah menjadi tiga lalu yang ketiga dibenarkan, terus yang ketiga ini dibela oleh FPI. FPI bukan pembela Syiah!” tegasnya.

Ia juga sepakat bahwa penyebaran aliran sesat Syiah di Indonesia harus dihalangi, sebab Indonesia adalah negara dengan penduduk Muslim Ahlus Sunnah wal Jamaah.

“Kita sepakat bahwa penyebaran Syiah di Indonesia harus diantisipasi, harus kita halangi, tidak boleh yang manapun kelompoknya, termasuk yang mu’tadil sekalipun tidak boleh mereka sebarluaskan aqidah mereka di Negara Republik Indonesia yang notabene adalah negara bagi Ahlus Sunnah wal Jamaah,” tandasnya. [Ahmed Widad]
- See more at: http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2013/06/17/25292/habib-rizieq-fpi-anti-syiah-penyebarannya-di-indonesia-harus-dicegah/;#sthash.f3bufe7B.dpuf

Habib Rizieq: FPI Anti Syiah, Penyebarannya di Indonesia harus Dicegah

JAKARTA (voa-islam.com) - Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI), Al-Habib Muhammad Rizieq bin Husain Syihab Asy-Syafi’i kembali mempertegas bahwa FPI anti aliran sesat Syiah dan menyatakan bahwa semua Syiah adalah sesat.

Seperti diketahui, FPI membagi Syiah menjadi tiga bagian; pertama, Syiah Ghulat yaitu Syiah yang menuhankan Ali ibn Abi Thalib atau meyakini Al-Qur'an sudah di-tahrif (dirubah/ditambah/dikurangi) dan sebagainya dari berbagai keyakinan yang sudah menyimpang dari ushuluddin yang disepakati semua madzhab Islam. Syiah golongan ini adalah kafir dan wajib diperangi.

Kedua, Syiah Rafidhah yaitu Syiah yang tidak berkeyakinan seperti Ghulat, tapi melakukan penghinaan/penistaan/pelecehan secara terbuka baik lisan atau pun tulisan terhadap para Sahabat Nabi SAW seperti Abu Bakar dan Umar atau terhadap para isteri Nabi SAW seperti 'Aisyah dan Hafshah. Syiah golongan ini ulama sepakat bahwa mereka adalah ahlul bida’ wal ahwa (ahli bid’ah) mereka sesat menyesatkan dan tetap harus diperangi.

Ketiga, Syiah Mu'tadilah yaitu Syiah yang tidak menuhankan Ali dan tidak menghalalkan mencaci maki sahabat, seperti yang dilakukan oleh Syiah Zaidiyah. Mereka diperangi pemikirannya melalui dialog.

Pembagian ini menurut Habib Rizieq diperlukan agar menjadi kejelasan bagi kaum Muslimin pada umumnya dan khususnya kepada anggota FPI bagaimana seharusnya menyikapi aliran sesat Syiah.

“FPI tidak sendirian dan FPI bukan pemula (dalam membagi Syiah, red.). Pembagian ini bagi Ormas FPI sangat diperlukan supaya sikap FPI jelas ke bawah dalam memandang Syiah; mana Syiah yang mesti diperangi seperti Ghulat dan Rafidhah serta mana Syiah yang harus diselesaikan dengan dialog Al-hujjah bil hujjah, Al-Aqwal bil Aqwal,” kata Habib Rizieq di Markas Syariah FPI, Petamburan, Jakarta Pusat, Selasa (11/6/2013).

Habib Rizieq pun menyampaikan bahwa pembagian Syiah tersebut bukan untuk dibenarkan, bahkan ia mempertegas semua Syiah adalah sesat meski Syiah Mu’tadilah sekalipun.

“intinya FPI bukan Syiah dan FPI tetap anti Syiah. Syiah yang manapun apakah itu Ghulat, Rafidhah atau Mu’tadilah semua pendapatnya tidak kami terima, hanya kami membedakan mereka di dalam perlakuan bukan untuk dibenarkan. Nah ini yang perlu saya klarifikasi, jadi jangan ada yang menganggap jika FPI membagi Syiah menjadi tiga lalu yang ketiga dibenarkan, terus yang ketiga ini dibela oleh FPI. FPI bukan pembela Syiah!” tegasnya.

Ia juga sepakat bahwa penyebaran aliran sesat Syiah di Indonesia harus dihalangi, sebab Indonesia adalah negara dengan penduduk Muslim Ahlus Sunnah wal Jamaah.

“Kita sepakat bahwa penyebaran Syiah di Indonesia harus diantisipasi, harus kita halangi, tidak boleh yang manapun kelompoknya, termasuk yang mu’tadil sekalipun tidak boleh mereka sebarluaskan aqidah mereka di Negara Republik Indonesia yang notabene adalah negara bagi Ahlus Sunnah wal Jamaah,” tandasnya. [Ahmed Widad]
- See more at: http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2013/06/17/25292/habib-rizieq-fpi-anti-syiah-penyebarannya-di-indonesia-harus-dicegah/;#sthash.f3bufe7B.dpuf

Habib Rizieq: FPI Anti Syiah, Penyebarannya di Indonesia harus Dicegah

JAKARTA (voa-islam.com) - Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI), Al-Habib Muhammad Rizieq bin Husain Syihab Asy-Syafi’i kembali mempertegas bahwa FPI anti aliran sesat Syiah dan menyatakan bahwa semua Syiah adalah sesat.

Seperti diketahui, FPI membagi Syiah menjadi tiga bagian; pertama, Syiah Ghulat yaitu Syiah yang menuhankan Ali ibn Abi Thalib atau meyakini Al-Qur'an sudah di-tahrif (dirubah/ditambah/dikurangi) dan sebagainya dari berbagai keyakinan yang sudah menyimpang dari ushuluddin yang disepakati semua madzhab Islam. Syiah golongan ini adalah kafir dan wajib diperangi.

Kedua, Syiah Rafidhah yaitu Syiah yang tidak berkeyakinan seperti Ghulat, tapi melakukan penghinaan/penistaan/pelecehan secara terbuka baik lisan atau pun tulisan terhadap para Sahabat Nabi SAW seperti Abu Bakar dan Umar atau terhadap para isteri Nabi SAW seperti 'Aisyah dan Hafshah. Syiah golongan ini ulama sepakat bahwa mereka adalah ahlul bida’ wal ahwa (ahli bid’ah) mereka sesat menyesatkan dan tetap harus diperangi.

Ketiga, Syiah Mu'tadilah yaitu Syiah yang tidak menuhankan Ali dan tidak menghalalkan mencaci maki sahabat, seperti yang dilakukan oleh Syiah Zaidiyah. Mereka diperangi pemikirannya melalui dialog.

Pembagian ini menurut Habib Rizieq diperlukan agar menjadi kejelasan bagi kaum Muslimin pada umumnya dan khususnya kepada anggota FPI bagaimana seharusnya menyikapi aliran sesat Syiah.

“FPI tidak sendirian dan FPI bukan pemula (dalam membagi Syiah, red.). Pembagian ini bagi Ormas FPI sangat diperlukan supaya sikap FPI jelas ke bawah dalam memandang Syiah; mana Syiah yang mesti diperangi seperti Ghulat dan Rafidhah serta mana Syiah yang harus diselesaikan dengan dialog Al-hujjah bil hujjah, Al-Aqwal bil Aqwal,” kata Habib Rizieq di Markas Syariah FPI, Petamburan, Jakarta Pusat, Selasa (11/6/2013).

Habib Rizieq pun menyampaikan bahwa pembagian Syiah tersebut bukan untuk dibenarkan, bahkan ia mempertegas semua Syiah adalah sesat meski Syiah Mu’tadilah sekalipun.

“intinya FPI bukan Syiah dan FPI tetap anti Syiah. Syiah yang manapun apakah itu Ghulat, Rafidhah atau Mu’tadilah semua pendapatnya tidak kami terima, hanya kami membedakan mereka di dalam perlakuan bukan untuk dibenarkan. Nah ini yang perlu saya klarifikasi, jadi jangan ada yang menganggap jika FPI membagi Syiah menjadi tiga lalu yang ketiga dibenarkan, terus yang ketiga ini dibela oleh FPI. FPI bukan pembela Syiah!” tegasnya.

Ia juga sepakat bahwa penyebaran aliran sesat Syiah di Indonesia harus dihalangi, sebab Indonesia adalah negara dengan penduduk Muslim Ahlus Sunnah wal Jamaah.

“Kita sepakat bahwa penyebaran Syiah di Indonesia harus diantisipasi, harus kita halangi, tidak boleh yang manapun kelompoknya, termasuk yang mu’tadil sekalipun tidak boleh mereka sebarluaskan aqidah mereka di Negara Republik Indonesia yang notabene adalah negara bagi Ahlus Sunnah wal Jamaah,” tandasnya. [Ahmed Widad]
- See more at: http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2013/06/17/25292/habib-rizieq-fpi-anti-syiah-penyebarannya-di-indonesia-harus-dicegah/;#sthash.f3bufe7B.dpuf

Benarkah Beda dengan Syiah Hanya Soal Furu Saja?


Oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat

KEBANYAKAN kaum Muslimin termasuk tokoh-tokoh mereka di negeri ini kurang paham atau tidak paham sama sekali tentang ajaran Syi’ah yang sangat berbahaya terhadap Islam dan kaum Muslimin, bahkan bagi seluruh umat manusia. Pemahaman mereka terhadap ajaran Syi’ah sebatas Syi’ah sebagai madzhab fiqh, sebagaimana madzhab-madzhab yang ada dalam Islam yang merupakan hasil ijtihad para ulama seperti Imam Syafi’i, Abu Hanîfah, Mâlik, dan Ahmad dan lain-lain.

Mereka mengira perbedaan antara Syi’ah dengan madzhab yang lain hanya pada masalah khilâfiyah furû’iyyah (perbedaan kecil). Oleh karena itu, sering kita dengar, para tokoh Islam di negeri kita ini mengatakan bahwa tidak ada perbedaan antara kita dengan Syi’ah kecuali sekedar perbedaan furu’iyyah.

Syiah bisa masuk ke negeri ini dan memengaruhi sebagian kaum muslimin lewat cara ini. Mereka menamakan perjuangan mereka perjuangan islam untuk menegakan Daulah Islamiyah. Padahal pada hakikatnya untuk menegakan Daulah Râfidhah.
Mereka hendak menyebarkan dan mendakwahkan ajaran mereka. Karena dalam pandangan mereka, tidak ada hukum Islam kecuali yang diambil dari ajaran ini (Syi’ah) dan ditegakkan oleh mereka.

Khomaini, pemimpin mereka telah menulis beberapa kitab. Tiga diantara kitab-kitab ini menjelaskan dengan gamblang kepada kita tentang jati diri penulis dan para pengikutnya. Tiga kitab itu adalah:
1. Kitab Hukumâtul Islamiyah
2. Kitab Tahrîrul Wasîlah
3. Kitab Jihâdun Nafs atau dengan judul Jihâdul Akbar.

Dalam tiga kitab ini, khususnya dalam kitab Hukumâtul Islamiyah, Khomaini secara tegas tanpa taqiyyah menyatakan beberapa hal penting sebagai dasar pada agama mereka. Diantaranya dua hal yang sangat mendasar yaitu:

1. Tidak ada hukum kecuali hukum Syi’ah. Jadi yang dimaksudkan dengan Hukumatul Islamiyah adalah hukum Râfidhah.
2. Tidak ada negeri islam kecuali yang ditegakkan oleh mereka.

Karena itu mereka menyeru agar kaum Muslimin mengikuti mereka. Berbagai upaya dilakukan, misalnya mengirimkan dai-dai ke seluruh negeri Islam atau dengan istilah pertukaran pelajar, atau cendekiawan, mempertemukan tokoh-tokoh mereka dengan tokoh-tokoh kaum Muslimin untuk mempersatukan Islam. Sebuah tanda tanya besar! Padahal yang diinginkan adalah agar kaum Muslimin mengikuti mereka.

Dalam kitab Hukumâtul Islamiyah juga, Khomaini dengan tegas mengatakan bahwa derajat imam-imam mereka lebih tinggi dari derajat para Nabi dan Rasul bahkan para Malaikat. Dalam kitab itu juga, Khomaini tidak mengenal Daulah Islamiyah kecuali yang ditegakkan oleh Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wasallam dan Ali bin Abi Thalib radhiyallâhu’anhu, adapun tiga khalifah sebelum Ali radhiyallâhu’anhu yaitu Abu Bakar radhiyallâhu’anhu, Umar radhiyallâhu’anhu, dan Utsman radhiyallâhu’anhu tidak dianggap sebagai kaum Muslimin.
Bahkan dalam kitab Jihâdul Akbar, Khomaini dengan tegas melaknat sahabat agung, penulis wahyu, ipar Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wasallam dan pamannya kaum Muslimin yaitu Mu’âwiyah bin Abi Sufyân radhiyallâhu’anhu. Khomaini mengatakan bahwa Mu’âwiyah radhiyallâhu’anhu terlaknat di dunia dan di akhirat dengan mendapat adzab di akhirat. Seolah-olah dengan perkataannya ini, dia mengetahui perkara yang ghaib. Apakah Allâh Ta’âla telah mengikat perjanjian dengan dia ? Apakah Allâh Ta’âla telah memberikan berita ghaib kepadanya? Sehingga dengan tegas dia berani mengucapkan perkataan ini?

Ini menunjukkan betapa kuat kebencian dan dendamnya yang membara kepada para pembesar kaum Muslimin yaitu para S\sahabat radhiyallâhu’anhum. Oleh karena itu, ketika mengetahui perkataan-perkataan Khomaini dalam ketiga kitabnya tersebut, sebagian tokoh kaum Muslimin berbalik dan menyadari bahwa apa yang disuarakan “Persatuan dan Kesatuan Umat Islam”, “Tidak ada perbedaan antara mereka kecuali masalah furu’ saja”, semuanya adalah kebohongan. [salafy unpad]

Kenali dan waspadai tokoh-tokoh Syi'ah Indonesia ini, dari penyanyi hingga anggota MUI Pusat


 (Arrahmah.com) – Beberapa saudara muslim sudah ada yang mengenali dan mewaspadai beberapa tokoh syi’ah berikut ini. Namun mayoritas muslim belum, lantaran  ada pengaburan dan tipu-tipu yang dilakukan oleh tokoh-tokoh ini. Mereka para tokoh syi’ah adalah orang-orang yang tampil di permukaan.
Menurut ustadz Farid Ahmad Okbah MA, Direktur Pesantren Al-Islam: “Mereka yang ada di organisasi-organisasi syi’ah seperti ABI, IJABI dan lain-lain tidak melakukan taqiyah (berdusta untuk menyembunyikan keyakinan syi’ahnya).” Demikian ungkap ustadz kepada arrahmah.com beberapa waktu lalu. Mereka syiah tulen.
Saat ini mereka semakin berani dengan mulutnya mengatakan dirinya syi’ah, demikian pula dalam bentuk dukungan fisik material dan mental spiritual terhadap pengikutnya. Seperti terekam dalam kehadiran tokoh-tokoh ini di tempat pengungsi syi’ah Sampang, Madura, sebagai bentuk dukungan terhadap mereka. Berikut ini adalah tokoh-tokoh tersebut:

1. Jalaludin Rahmat

jalaluddin2brakhmat Seorang yang pada tahun akhir 1980-an dikenal sebagai pakar komunikasi. Sampai saat ini dia adalah pengajar di Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung. Dia disebut-sebut sebagai tokoh sentral syi’ah Indonesia. Ternyata ini bukan isapan jempol bila dilihat dari kiprahnya dan dan sepak terjangnya pada organisasi syi’ah di Indonesia.
Pendiri dan pimpinan SMA Muthahhari, Bandung ini juga menjadi pendiri Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta bersama Dr. Haidar Bagir. Jalaludin Rahmat kini menjabat sebagi Ketua Dewan Syura Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) yang kini sudah mempunyai hampir 100 Pengurus Daerah (tingkat kota) di seluruh Indonesia dengan jumlah anggota sekitar 2,5 juta orang.
Selain itu ia mendirikan Pusat Kajian Tasawuf (PKT): Tazkia Sejati, OASE-Bayt Aqila, Islamic College for Advanced Studies (ICAS-Paramadina), Islamic Cultural Center (ICC) di Jakarta, PKT Misykat di Bandung. Semua lembaga-lembaga tersebut adalah organisasi syi’ah. Bisa dilihat pada buku Fakta dan Data Perkembangan Syi’ah di Indonesia September 2012, karya ustadz Farid Ahmad Okbah MA.
Adapun pernyataan Kang Jalal, begitu dia biasa dipanggil yang mendukung syi’ah yakni pada 29 Agustus 2012 lalu, dia mengancam untuk menumpahkan darah Ahlus Sunnah di Nusantara atas bentrokan Sampang Madura. “Orang-orang Syiah tidak akan membiarkan kekerasan ini. Karena untuk pengikut Syiah, mengucurkan darah bagi Imam Husein adalah sebuah kemuliaan,” ujar Jalaluddin

2. Dina Y. Sulaeman

Dina Y SulaemanPerempuan yang lahir di Semarang pada 30 Juli 1974. Penerima summer session scholarship dari JAL Foundation untuk kuliah musim panas di Sophia University Tokyo ini lulus dari Fak. Sastra Arab Universitas Padjdjaran tahun 1997. Ia sempat menjadi staf pengajar di IAIN Imam Bonjol Padang.
Tahun 1999 meraih beasiswa S2 dari pemerintah Iran untuk belajar di Faculty of Teology, Tehran University. Tahun 2011, ia menyelesaikan studi magister Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran. Tahun 2002-2007 ia berkarir sebagai jurnalis di Islamic Republic of Iran Broadcasting.
Dina penulis yang produktif, banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahwa dia adalah seorang syiah sejati. Berikut ini sejumlah buku yang telah ditulisnya, antara lain, Oh Baby Blues, Mukjizat Abad 20: Doktor Cilik Hafal dan Paham Al Quran, Pelangi di Persia, Ahmadinejad on Palestine, Obama Revealed, Bintang-Bintang Penerus Doktor Cilik, Princess Nadeera, Prahara Suriah dan Journey to Iran.
Aktif menulis artikel opini politik Timur Tengah yang dimuat di media massa dan berbagai website. Otong Sualeman suami Dina, juga syiah,  dia adalah mahasiswa Qom yang menulis novel Dari Jendela Hauzah, terbitan grup Mizan. Keduanya pernah bekerja sebagai jurnalis di IRIB (Radio Iran Indonesia) selama tujuh tahun di Iran.

3. Haidar Bagir

haidar-bagir (1)Haidar Bagir bersama Jalaluddin Rakhmat, mendirikan Yayasan Muthahhari, yang mengelola SMA (Plus) Muthahhari di Bandung dan Jakarta.
Haidar Bagir merupakan pendiri perusahaan Penerbit Mizan. Oleh karena itu, perlu diwaspadai buku-buku terbitan Mizan tentang persoalan Syiah dan Ahlus Sunnah. Demikian juga ia pernah bekerja di surat kabar Republika, sehingga sampai sekarang pengaruhnya terhadap pemberitaan Syi’ah masih menyudutkan Ahlus Sunnah, membela Iran dan sekutu-sekutu Syi’ahnya, dan melakukan taqiyah dalam pemberitaannya.
Haidar Bagir lahir di Solo, 20 Februari 1957 ini adalah alumnus Teknologi Industri ITB 1982 dan mengenyam pendidikan pasca sarjana di Pusat Studi Timur Tengah Harvard University, AS 1990-1992, dan S-3 Jurusan Filsafat Universitas Indonesia (UI) dengan riset selama setahun (2000 – 2001) di Departemen Sejarah dan Filsafat Sains, Indiana University, Bloomington, AS. Sejak awal 2003, dia mendapat kepercayaan sebagai Ketua Yayasan Madina Ilmu yang mengelola Sekolah Tinggi Madina Ilmu yang berlokasi di Depok.
Di antara pengalaman pekerjaan lainnya, menjadi direktur utama GUIDE (Gudwah Islamic Digital Edutainment) Jakarta, ketua Pusat Kajian Tasawuf Positif IIMaN, Ketua Badan Pendiri YASMIN (Yayasan Imdad Mustadh’afin), staf pengajar Jurusan Filsafat Universitas Madina Ilmu (1998), staf pengajar Jurusan Filsafat Universitas Indonesia (1996), dan staf pengajar Jurusan Filsafat Universitas Paramadina Mulya, Jakarta (1997).

4. DR. Khalid Al Walid, MA

dr-khalid-al-walidKetua Majelis Ulama Indonesia Pusat KH. Cholil Ridwan, menjelaskan bahwa organisasinya melakukan evaluasi atas dugaan adanya seorang tokoh Syiah dalam kepengurusan MUI pusat. Hal ini mengemuka setelah tokoh tersebut datang ke Sampang atas nama MUI pusat, mendesak dicabutnya fatwa sesat Syiah dari MUI Jatim.
Pengurus MUI yang terindikasi sebagai penganut Syiah adalah DR. Khalid Al-Walid. Ia adalah alumnus dari Hawzah Ilmiah Qom, yang judul desertasinya di UIN Syarif Hidayatullah adalah “Pandangan Eskatologi Mulla Shadra”.
Saat disertasinya diuji oleh tim penguji dari UIN Syarif Hidayatullah, Prof. DR. Azyumardi Azra pada Tahun 2008 lalu. Tiba di bagian akhir acara, Azyumardi bertanya, “Apakah Anda penganut mazhab Syi’ah? Jangan salah duga”. Tanyanya.
“Saya akan bangga bila UIN berhasil meluluskan seorang doktor Syiah, karena menjadi bukti nyata bahwa lembaga ini menjunjung tinggi pluralisme dan toleransi antar mazhab Islam,” lanjut Direktur Pascasarjana UIN tersebut.
Khalid Al Walid saat itu menjawab, “Eh… Saya sama dengan Pak Haidar,” jawabnya berdiplomasi seraya menunjuk DR. Haidar Bagir yang duduk di samping Prof. DR. Mulyadhi Kartanegara yang menjadi pembimbing disertasi Khalid Al Walid. Sebagaimana diketahui, Haidar Bagir adalah tokoh Syiah di Indonesia dan selalu membela berbagai kepentingan Syiah.
Selain itu, DR Khalid Al Walid juga menjabat sebagi dewan syuro Ahlul Bait Indonesia (ABI), ormas lokomotif  kelompok syiah di Indonesia.
Dalam daftar pengurus MUI yang tercantum dalam situs resminya, tercantum nama Dr. H. Khalid al-Walid, M.Ag yang menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi Ukhuwah Islamiyah MUI Pusat.

5. Muhsin Labib

Muhsin LabibLabib adalah Dosen Filsafat di UIN Syarif Hidayatullah yang merupakan lulusan Muhsin Qum Iran. Ia menulis banyak buku tentang Syiah dan menjadi pembela Syi’ah Imamiyah di berbagai kesempatan.
Di antara buku-bukunya adalah Ahmadinejad: David di Tengah Angkara Goliath, Husain Sang Ksatria Langit, Kamus Shalat, Gelegar Gaza, Primbon Islam, Goodbye Bush,dan lainnya.
Muhsin Labib pernah mengatakan, “Orang yang anti Syiah adalah orang yang esktrimis dan menjadi ancaman bagi negara Republik Indonesia.”

6. Penyanyi Haddad Alwi

Dia  adalah penyanyi yang cukup terkenal yang biasa berduet dengan biduanita Sulis. Salah satu lagunya yang berjudul Ya Thoybah, diubah liriknya dalam bahasa Arab dan berisi pujian pada Ali bin Abi Thalib secara berlebihan.
Hadad Alwi turut mengunjungi korban konflik sosial syiah di Sampang Madura 29 September 2012. Dia memberi motifasi dan dukungan kepada para pengungsi syiah.
haddad-alwi1 Sementara, kalau nyanyiannya itu seperti Ya Thoybah, tidak mudah diidentifikasi oleh orang awam kebanyakan, sehingga orang tidak mudah untuk menyalahkannya. Karena dia berbahasa Arab, menyebut nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sahabat Ali radhiyallahu ‘anhu menyebut Al-Quran dan sebagainya. Padahal, nyanyian Ya Thoybah itu justru isinya berbahaya bagi Islam, karena ghuluw (berlebih-lebihan) dalam memuji Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
Berikut ini kutipan bait yang ghuluw dari nyanyian Ya Thoybah (wahai Sang Penawar): Ya ‘Aliyya bna Abii Thoolib Minkum mashdarul mawaahib. Artinya: “Wahai Ali bin Abi Thalib, darimulah sumber keutamaan-keutamaan (anugerah-anugerah atau bakat-bakat).”

Kisah Mueeza, Kucing Kesayangan Rasulullah SAW





Kucing merupakan salah satu hewan pemeliharaan yang sangat populer di seluruh dunia, termasuk indonesia. Dalam sejarah islam, kucing memiliki keistimewaan yang sangat luar biasa. Baginda Nabi berpesan kepada para sahabatnya untuk menyayangi kucing peliharaan, layaknya menyayangi keluarga sendiri.

Salah satu kucing yang dimiliki oleh nabi yaitu Mueeza, kucing ini sungguh sangat luar biasa karena Mueeza selalu mengeong ketika mendengar adzan, dan seolah-olah suaranya terdengar seperti mengikuti lantunan suara adzan.

Pada abad 13, dalam dunia seni islam rupa kucing dijadikan mata uang sebagai bentuk manifestasi penghargaan masyarakat islam. Sedangkan di dunia sastra, para penyair tak ragu untuk membuat syair bagi kucing peliharaannya yang telah berjasa itu. Dan masih banyak lagi kisah-kisah kucing yang sangat luar biasa dalam peradaban islam. Untuk selengkapnya, silakan langsung saja simak kisah selengkapnya berikut ini :



Kisah Mueeza, Kucing Kesayangan Rasulullah SAW

ya nabi, istri nabi sendiri, Aisyah binti Abu Bakar Ash Shiddiq pun amat menyukai kucing, d
Diceritakan dalam suatu kisah, Nabi Muhammad SAW memiliki seekor kucing yang diberi nama Mueeza. Suatu saat, dikala nabi hendak mengambil jubahnya, di temuinya Mueeza sedang terlelap tidur dengan santai diatas jubahnya. Tak ingin mengganggu hewan kesayangannya itu, nabi pun memotong belahan lengan yang ditiduri Mueeza dari jubahnya. Ketika Nabi kembali ke rumah, Muezza terbangun dan merunduk sujud kepada majikannya. Sebagai balasan, nabi menyatakan kasih sayangnya dengan mengelus lembut ke badan mungil kucing itu sebanyak 3 kali.

Dalam aktivitas lain, setiap kali Nabi menerima tamu di rumahnya, nabi selalu menggendong Mueeza dan di taruh dipahanya. Salah satu sifat Mueeza yang nabi sukai ialah ia selalu mengeong ketika mendengar adzan, dan seolah-olah suaranya terdengar seperti mengikuti lantunan suara adzan.

Kepada para sahabatnya, nabi berpesan untuk menyayangi kucing peliharaan, layaknya menyayangi keluarga sendiri.

Hukuman bagi mereka yang menyakiti hewan lucu ini sangatlah serius, dalam sebuah hadist shahih Al Bukhori, dikisahkan tentang seorang wanita yang tidak pernah memberi makan kucingnya, dan tidak pula melepas kucingnya untuk mencari makan sendiri, Nabi SAW pun menjelaskan bahwa hukuman bagi wanita ini adalah siksa neraka.

Tak han
an merasa amat kehilangan dikala ditinggal pergi oleh si kucing. Seorang sahabat yang juga ahli hadist, Abdurrahman bin Sakhr Al Azdi diberi julukan Abu Hurairah (bapak para kucing jantan), karena kegemarannya dalam merawat dan memelihara berbagai kucing jantan dirumahnya.



Penghormatan Para Tokoh Islam Terhadap Kucing Pasca Wafatnya Nabi SAW

Dalam buku yang berjudul Cats of Cairo dijelaskan pada masa dinasti mamluk, baybars al zahir, seorang sultan yang juga pahlawan garis depan dalam perang salib sengaja membangun taman-taman khusus bagi kucing dan menyediakan berbagai jenis makanan didalamnya.

Tradisi ini telah menjadi adat istiadat di berbagai kota-kota besar negara islam. Hingga saat ini, mulai dari damaskus, istanbul hingga kairo, masih bisa kita jumpai kucing-kucing yang berkeliaran di pojok-pojok masjid tua dengan berbagai macam makanan yang disediakan oleh penduduk setempat.



Pengaruh Kucing Dalam Seni Islam

Pada abad 13, sebagai manifestasi penghargaan masyarakat islam, rupa kucing dijadikan sebagai ukiran cincin para khalifah, termasuk porselen, patung hingga mata uang. Bahkan di dunia sastra, para penyair tak ragu untuk membuat syair bagi kucing peliharaannya yang telah berjasa melindungi buku-buku mereka dari gigitan tikus dan serangga lainnya.



Kisah Kucing Yang Memberi Inspirasi Bagi Para Sufi

Seorang Sufi ternama bernama ibnu bashad yang hidup pada abad ke sepuluh Hijriyah bercerita, suatu saat ia dan sahabat-sahabatnya sedang duduk santai melepas lelah di atas atap masjid kota kairo sambil menikmati makan malam. Ketika seekor kucing melewatinya, Ibnu Bashad memberi sepotong daging kepada kucing itu, namun tak lama kemudian kucing itu balik lagi, setelah memberinya potongan yang ke dua, diam-diam Ibnu Bashad mengikuti kearah kucing itu pergi, hingga akhirnya ia sampai disebuah atap rumah kumuh, dan didapatinya si kucing tadi sedang menyodorkan sepotong daging yang diberikan Ibnu Bashad kepada kucing lain yang buta kedua matanya. Peristiwa ini sangat menyentuh hatinya hingga ia menjadi seorang sufi sampai ajal menjemputnya pada tahun 1067.

Selain itu, kaum sufi juga percaya, bahwa dengkuran nafas kucing memiliki irama yang sama dengan dzikir kalimah Allah.



Kisah Teladan dari Seekor Kucing

Salah satu cerita yang cukup mahsyur yaitu tentang seekor kucing peliharaan yang dipercaya oleh seorang pria, untuk menjaga anaknya yang masih bayi dikala ia pergi selama beberapa saat. Bagaikan prajurit yang mengawal tuannya, kucing itu tak hentinya berjaga di sekitar sang bayi. Tak lama kemudian melintaslah ular berbisa yang sangat berbahaya di dekat si bayi mungil tersebut. Kucing itu dengan sigapnya menyerang ular itu hingga mati dengan darah yang berceceran.

Sorenya ketika si pria pulang, ia kaget melihat begitu banyak darah di kasur bayinya. Prasangkanya berbisik, si kucing telah membunuh anak kesayangannya! Tak ayal lagi, ia mengambil pisau dan memenggal leher kucing yang tak berdosa itu.

Tak lama kemudian, ia kaget begitu melihat anaknya terbangun, dengan bangkai ular yang telah tercabik di belakang punggung anaknya. melihat itu, si pria menangis dan menyesali perbuatannya setelah menyadari bahwa ia telah membunuh kucing peliharaannya yang telah bertaruh nyawa menjaga keselamatan anaknya. Kisah ini menjadi refleksi bagi masyarakat islam di timur tengah untuk tidak berburuk sangka kepada siapapun.



Hukum Membunuh Kucing

Tahukah anda bahwa Nabi Muhammad saw juga membela kucing?
Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra. Bahwa Rasulullah SAW, bersabda:
Seorang wanita disiksa karena mengurung seekor kucing sampai mati. Kemudian wanita itu masuk neraka karenanya, yaitu karena ketika mengurungnya ia tidak memberinya makan dan tidak pula memberinya minum sebagaimana ia tidak juga melepasnya mencari makan dari serangga-serangga tanah. (Shahih Muslim No.4160)

Dan dalam syariat Islam, seorang muslim diperintahkan untuk tidak menyakiti atau bahkan membunuh kucing, berdasarkan hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari kisah Abdullah bin Umar dan Abu Hurairah.



Manfaat Kucing di Dunia Ilmu Pengetahuan

Salah satu kitab terkenal yang ditulis oleh cendikia muslim tempo dulu adalah kitab hayat al hayaawan yang telah menjadi inspirasi bagi perkembangan dunia zoologi saat ini. Salah satu isinya mengenai ilmu medis, banyak para dokter muslim tempo dulu yang menjadikan kucing sebagai terapi medis untuk penyembuhan tulang, melalui dengkuran suaranya yang setara dengan gelombang sebesar 50 hertz. Dengkuran tersebut menjadi frekuensi optimal dalam menstimulasi pemulihan tulang.

Tak hanya ilmu pengetahuan, bangsa barat juga banyak membawa berbagai jenis kucing dari timur tengah, hingga akhirnya kepunahan kucing akibat mitos alat sihir di barat dapat terselamatkan.



Kisah Kucing Palestina Yang Dipenjara di Sel Khusus Israel : Kucing "Muqawwamah"

Jika boleh iri, kaum muslimin mungkin harus iri kepada kucing Palestina. Pasalnya, ditengah ketidakmampuan kita ikut membela saudara-saudara kita di Palestina yang kini sedang berjuang mempertahankan Masjidil Aqsha dari ancaman israel, justru seekor kucing tampil sebagai pahlawan. Kucing itu dinilai zionis-israel dapat membangkitkan perlawanan (muqawwamah).

Sebagaimana dikutip dari votreesprit.wordpress.com, zionis-israel telah memenjarakan seekor kucing Palestina. Kucing ini dinilai menjadi penghubung di sel isolasi di kamp tahanan pejuang-pejuang Palestina di Negev. Menurut pejabat israel, kucing tersebut membantu para tahanan dengan membawa barang-barang ringan seperti surat, roti dan lainnya dari satu sel ke sel lain. Peran itu dimainkan si kucing selama berbulan-bulan, sebelum akhirnya ketahuan.

Penjaga penjara Negev lalu menjebloskan kucing itu ke dalam sel khusus. Nah, siapa bersedia menjenguk kucing yang pintar ini? Adakah kira-kira pengacara dermawan yang akan membelanya?



Pembaca, itulah beberapa Kisah Keistimewaan Kucing dalam Sejarah Islam yang dapat kami share, semoga bermanfaat.